Rabu, 21 Februari 2018

TEKNIS BUDIDAYA UDANG



Udang meerupakan komoditas yang penting dalam dunia perikanan, karena nilai ekonominya yang tinggi. Ada dua jenis udang yang banyak dibudidayakan di indonesia yaitu udang Windu (Penaeus monodon) dan udang Vanemei (Lithopenaeus vannamei).

PT. NATURAL NUSANTARA sejak tahun 2002 telah mempunyai paket teknologi organik (ramah lingkungan) yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian) untuk meningkatkan produktivitas sekaligus melestarikan kawasan budidaya tambak udang. Teknologi NASA tersebut berupa pupuk TAMBAK ORGANIK NUSANTARA (TONI), suplemen nutrisi VITERNA, POC NASA, dan HORMONIK serta Probiotik TANGGUH.

Berikut ini adalah beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budidaya udang:

1Lokasi lahan.
Lokasi lahan yang baik untuk budidaya udang adalah daerah pantai dengan tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mampu menahan air dan tidak mudah pecah. Ada air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26-30 ℃ dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah. Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Pada tambak yang intensif harus tersedia harus tersedia aliran listrik dari PLN atau Generator sendiri.

2. Berdasarkan intensitas dan padat tebarnya, budidaya udang dibedakan menjadi :
  • Tambak tradisional dengan ciri biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum menggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur dan pada tebar rendah.
  • Tambak Semi Intensif dengan ciri lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih renda, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
  • Tambak intensif dengan ciri lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil (kurang dari 1 ha), padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, pupuk serta program pakan yang baik.
PENGOLAHAN LAHAN
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, sekaligus menjaga kelestarian ligkungan budidaya, wajib hukumnya dilakukan pengolahan lahan yang meliputi :

  • Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
  • Pembalikan tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggempurkan tanah dan membunuh bibit penyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
  • Pengapuran untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 500 kg/ha atau sesuai keasaman tanah.
  • Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
  • Perlakuan pupuk TON dan Probiotik TANGGUH. Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dosis 2-3 lt/ha. Caranya masukkan sejumlah TON & Probiotik TANGGUH ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.
  • Pemasukan Air. Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan 3 hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 300 kg/ha.
PEMILIHAN BENUR
Benur (benih urang/udang) yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Penebaran Benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru.
Tahap penebaran benur adalah :
  • Adaptasi suhu. Plastik wadah benur diredam selama 15-30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
  • Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15-30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
  • Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
  • Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.
PEMELIHARAAN
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat di buka. Pada bulan pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas air harus selalu stabil. Penanambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kkondisi air yang drastis. Untuk menjaga kualitas dan kestabilan air, setiap penambahan air baru atau maksimal 15 hari sekali diberi perlakukan TON dengan dosis 1 kg/ha dan Probiotik TANGGUH dosis 1/2 lt/ha

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui perkembangan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari  sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 70-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1 kg/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor & diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

PANEN
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) atau karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur lebih dari 90 hari, dengan size normal rata-rata 40-50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMB/bintik putih). Selain itu ada panen parsial yaitu untuk mengurangi populasi/kepadatan udang. Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

PAKAN UDANG
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang. Pakan Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.

Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian. Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan VITERNA, POC NASA dan HORMONIK yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 1 tutup botol (10 cc)/ 2-3 kg pakan. Untuk meratakan pencampuran, bisa ditambah dulu dengan air secukupnya.

PENYAKIT 
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah:

  • Bintik Putih pada udang windu. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (System Ectodermal Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati.Gejalanya : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur dipermukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dengan cepat pada lingkungan tambak yang jelek dan kemudian menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini. Cara mengatasinya : dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya.
  • Penyakit Myonercrosis atau yang lebih dikenal dengan penyakit MIO pada udang Vanamei. Ciri khas dari udang terkena penyakit ini adalah adanya kematian di sebagian/ beberapa segmen tubuh udang. Udang yang baru terkena Mio, akan terlihat ada bagian tubuh udang yang dagingnya berubah warna menjadi putih kemudian lama kelamaan akan berubah warna menjadi merah. Akibat dari penyakit ini adalah adanya kematian udang secara kontinyu. Kematian biasanya akan meningkat pada saat bulan purnama atau bulan mati. Penyakit ini biasanya muncul pada musim panas pada tambak yang mempunyai kualitas air kurang stabil dan terjadi fluktuasi suhu dan pH yang terlalu tinggi, yaitu tambak dengan kepadatan plankton tinggi dan sukar dikendalikan. Selain itu juga sering muncul pada tambak dengan kandungan bahan organik tinggi.
  • Penyakit kotoran putih (White Feces Desease). Penyakit ini bisa menyerang baik pada udang windu maupun pada udang vanamei. Ciri yang khas dari penyakit ini adalah munculnya kotoran putih yang mengambang di tambak. Penyebab munculnya penyakit ini adalah penurunan kualitas air akibat akumulasi bahan organik di tambak. Gejala penyakit dimulai dari penurunan nafsu makan, biasanya muncul pada usia di atas 60 hari. Walaupun tidak mematikan secara langsung, namun bisa merugikan karena udang menjadi keropos, daging tidak maksimal dan angka konversi pakan tinggi.
Penyakit-penyakit tadi walaupun penyebab langsungnya adalah infeksi agen pembawa penyakit, namun pemicunya adalah penurunan kualitas air. Oleh karena itu pemberian TON secara rutin ke air tambak dengan dosis 1-2 kg per hektar tiap 15 hari sekali mutlak harus dilakukan. Akan lebih baik lagi juga disertai dengan pemberian Probiotik TANGGUH dosis 1/2 lt/ha yang yang berperan menguraikan bahan organik menjadi bahan tidak beracun. Selain itu kapur dolomit atau zeolit juga harus diberikan pada saat tertentu yang memerlukan, misalnya setelah air baru, setelah hujan, pada saat udang mengambang dan lain-lain.


Konsultasi / Pemesanan Hubungi :085732846757 / 081216233789


Tidak ada komentar:

Posting Komentar