LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan terpenting dalam usaha dibidang Perkebunan Kelapa Sawit adalah kegiatan pengendalian gulma. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Sebagai seorang planters harus mengetahui dan paham mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi faktor penghambat kegiatan pengendalian gulma dan juga harus mengetahui dan paham-paham faktor apa saja yang dapat mendukung keberhasilan kegiatan pengendalian gulma. Pada tahap awal penanaman pengendalian gulma dilakukan dengan2 cara yaitu secara manual,maupun secara chemis. Tulisan ini kami sajikan dan menitik beratkan terhadap faktor-faktor penghambat dan factor pendukung kegiatan pengendalian gulma secara chemist serta pentingnya memahami cara melakukan kaliberasi alat sprayer.
Pengendalian/pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada 2 (dua) tempat, yaitu di piringan dan di gawangan (interrow).
A. Ada 3 jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu :
- Alang-alang
- Gulma umum atau General Weed (GW)
- Tumbuhan pengganggu lainnya: anak kayu, pakis, dll.
B. Tujuan pemberantasan alang-alang adalah untuk menghentikan perkembang-biakannya, karena :
- perkembangan populasinya sangat cepat (dengan bunga dan rhizome)
- ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, lalang tidak memberikan kontribusi
- pada kondisi populasi yang tinggi, sangat berperanan penyulut kebakaran
- menyerap unsur hara dan air yang disimpan di rhizome
C. Tujuan pemberantasan gulma umum di piringan :
- mengurangi kompetisi unsur hara dan air, karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok
- untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
- untuk mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan
- memudahkan pengutipan brondolan (menekan loses brondolan)
D. Tujuan pengendalian gulma di gawangan :
- mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari
- mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain
- menekan populasi hama (terutama pada TBM).
I. Pengendalian lalang (Imperata cylindrica)
A. Pengendalian lalang sheet
1. Pada pertumbuhan lalang yang meluas (sheet), metode pengendalian yang efektif adalah dengan cara kimia (penyemprotan herbisida).
2. Kunci sukses pengendalian lalang :
- Rotasi yang konsisten
- Segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang paling ringan menunju ke kondisi berat).
- Ketepatan jenis herbisida dan dosis/konsentrasi
- Penyemprotan dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif aktif .
- Monitoring dan evaluasi secara ketat untuk langkah selanjutnya
B. Pengendalian lalang sporadis dan lalang kontrol
1. Pertumbuhan lalang yang sporadis (terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot-spraying.
2. Sedangkan pada kebun yang sudah normal kondisi lalangnya (lalang kontrol) diberantas dengan cara buru lalang yang dilakukan :
- wiping (diusap dengan kain yang dibalutkan di jari tangan).
- Hand spraying
3. Teknik wiping lalang dilakukan dengan menggunakan kain katun yang berukuran 3x12 cm dibalutkan pada tiga jari tangan (tidak dibenarkan menggunakan kaos kaki atau sarung tangan).
4. Teknik hand spraying dilakukan dengan menyemprotkan herbisida dengan hand sprayer (volume larutan 1 – 2 liter). Penggunaan hand sprayer harus memperhatikan pengaturan nozel sesuai kondisi lalang.
5. Herbisida yang dipakai adalah berbahan aktif Glyphosate IPA dengan konsentrasi larutan 1,0 - 1,3% atau Glyphosate-Kalium dengan konsentrasi larutan 0,5 - 0,7%.
Cara Wiping lalang
- Sebelum di "wiping" rumpun lalang dibersihkan dari sampah- sampah disekitar pangkalnya dengan menggunakan arit kecil (guris). Kemudian celupkan kain ke dalam larutan herbisida dan peras sedikit agar tidak menetes.
- Penyapuan (wiping) dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daun secara merata dan basah, dan dilakukan per helai daun lalang. Hindarkan batang/ daun lalang pecah, putus atau tercabut sewaktu wiping atau pembersihan sampah.
- Untuk menghindari terjadinya lalang yang ketinggalan tidak di wiping atau terjadi pengulangan wiping, maka sebaiknya ujung lalang yang telah di wiping dapat diputuskan sedikit + 5 cm.
Cara Hand Spraying
Rumpun lalang disemprot merata dengan jarak 20 cm dari nozel alat semprot dengan pengaturan nozel yang disesuaikan
II. PEMELIHARAAN PIRINGAN, JALAN RINTIS, DAN TPH
1. Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan.
2. Fungsi
a. Piringan, yakni sebagai tempat menyebarkan pupuk (selain juga di gawangan) dan daerah jatuhnya tandan buah dan berondolan.
b. Jalan rintis, yakni sebagai jalan mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktifitas operasional lainnya.
c. TPH, yakni sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke PKS.
III. PENGENDALIAN TUMBUHAN PENGGANGGU LAINNYA
1. Gulma berkayu (Anak kayu)
a. Jenis-jenis gulma berkayu, antara lain :
- Chromolaena odorata (Eupatorium odoratum):
- Melastoma malabathricum,
- Lantana camara,
- Clidemia hirta, :
- dan lain-lain
b. Teknik pengendalian manual dilakukan dengan menggunakan alat cados (cangkul kecil dengan lebar + 14 cm) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya. Tidak dibenarkan menggunakan parang babat (slashing).
2. Pakis (paku-pakuan)
Jenis-jenis pakis yang merugikan, antara lain :
- Dicrapnoteris linearis
- Stenochlaena palustris
- Pteridium osculentum
- Adiantum tetraphillum
- Lygodium flexuosum
- dan lain-lain
3. Keladi liar (Colocasia spp dan Caladium spp)
a. Keladi liar yang sering tumbuh di rendahan umumnya sulit dimusnahkan. Hal ini karena disamping daunnya berlilin juga berumbi..
b. Metode yang efektif untuk mengendalikan keladi liar adalah dengan penyemprotan herbisida dengan alat CP-15 atau Solo,
4. Pisang liar (Musa spp.)
a. Pisang liar banyak terdapat di kawasan land clearing, dimana benih yang dorman akan tumbuh setelah pembakaran. Umumnya pengendalian secara manual belum menuntaskan permasalahan..
b. Metode yang efektif adalah dengan cara menebang batang pisang (± 10 cm dari tanah) dan langsung diolesi bagian atasnya dengan larutan herbisida atau ditusuk dengan pasak yang terbuat dari bahan cukup keras yang “porouse” seperti tulang atap nipah sepanjang + 15 cm yang telah dicelup/direndam dengan herbisida.
5. Bambu liar (Musa spp.)
a. Bambu liar banyak terdapat di kawasan land clearing, dimana benih yang dorman akan tumbuh setelah pembakaran. Umumnya pengendalian secara manual belum menuntaskan permasalahan.
6. Anak Sawit (Kentosan)
a. Anak sawit (kentosan) banyak terdapat di piringan dan di gawangan maupun di TPH, dimana brondolan sawit akan menghasilkan biji sawit dan selanjutnya akan tumbuh setelah beberapa waktu kemudian.
b. Keberadaannya di piringan, gawangan atau di TPH dapat mengganggu kegiatan agromis lainnya.
c. Umumnya pengendalian secara manual belum menuntaskan permasalahan. Metode yang efektif saat ini adalah dengan cara kimia yakni penyemprotan larutan herbisida sebagai berikut :
I . Dosis herbisida/ha yang digunakan untuk pengendalian gulma sangat tergantung dari jenis gulma sasaran. Untuk praktisnya di lapangan, dosis tersebut harus di konversi menjadi konsentrasi dan volume larutan semprot.
II. Untuk menentukan kosentrasi larutan semprot, terlebih dahulu harus dilakukan kaliberasi alat semprot, nozel, kecepatan jalan untuk mengetahui kebutuhan volume semprot per ha. Selanjutnya konsentrasi larutan semprot dapat dihitung dengan memakai data dosis per ha dan kebutuhan volume larutan semprot per ha.
III.Secara umum semakin bertambah umur tanaman, pertumbuhan gulma semakin tertekan karena ternaung. Oleh karena itu untuk efisiensi pengendalian biaya, maka rotasi semprot dan dosis per hektar semprot bukan merupakan harga mati namun rotasi dan dosis semprot dapat dikurangi sesuai dengan kondisi gulma di lapangan.
- Volume Semprot
Ada 5 kategori volume semprot yang umum digunakan untuk pengendalian gulma dengan herbisida, yaitu antara lain :
Kategori volume semprot
1.1 Volume semprot
(Ltr/ha Blanket)
High volume (HV) > 600
Medium volume (MV) 400 – 600
Low volume (LV) 200 – 400
Very low volume (VLV) 50 – 200
Ultra low volume (ULV) < 50
1. Aplikasi dengan HV atau MV lebih tepat bila menggunakan herbisida kontak dan sangat sesuai bila digunakan pada gulma yang tebal serta gulma yang resisten. Aplikasi dengan LV atau VLV sangat sesuai bila memakai herbisida sistemik serta untuk aplikasi pada kawasan yang berbukit dimana transportasi air sulit.
2. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan bila menggunakan LV atau VLV adalah :
- Saringan halus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya penyumbatan nozel akibat penggunaan air yang kurang bersih.
- Pelaksanaan aplikasi harus hati-hati agar tidak merusak tanaman akibat kabut semprotan (spray drift).
- Kaliberasi serta pengarahan teknis yang benar mutlak dilakukan, karena kesalahan yang kecil dalam penyemprotan dapat berakibat fatal.
1. Melakukan kaliberasi pada setiap jenis alat semprot, nozel, serta kecepatan jalan sebelum memulai penyemprotan atau pada waktu-waktu tertentu adalah mutlak dilakukan untuk setiap operator semprot, sehingga penggunaan herbisida menjadi efisien dan efektif.
2. Manfaat kaliberasi adalah untuk memperoleh :
- Tingkat akurasi penyemprotan yang tinggi
- Pengendalian yang efektif
- Mencegah kontaminasi lingkungan..
- Ukur lebar semprotan rata-rata (meter) (=A)
- Ukur jarak jalan (m) oleh operator selama 10 detik (=B)
- Ukur output semprot atau flow rate (Ltr/menit) pada tekanan pompa optimum (1 kg/cm²) (=C).
- Hitung kebutuhan volume semprot (Ltr/ha blanket) dengan rumus :
10.000 x C
D = ------------------ atau
( 6 x B ) x A
10.000 x ltr/mnt output
Ltr/ha = ----------------------------------------------------------------
(6 x jarak jalan m/10 detik) x lebar semprot (m)
Contoh perhitungan :
A = lebar semprotan rata-rata adalah 1,5 meter
B = jarak jalan rata-rata adalah 8,0 meter per 10 detik
C = output semprotan rata-rata adalah 1,6 liter/menit
D = berapakah volume semprot (l/ha) ?
10.000 x 1,6
Volume semprot = ------------------ = 222 liter/ha.
(6 x 8,0) x 1,5
Selanjutnya kebutuhan bahan herbisida untuk satu tangki alat semprot (Solo atau CP 15) yang berisi 15 liter, dapat dihitung bila dosis herbisida telah ditentukan.
Contoh perhitungan :
Pemakaian Eagle 480 AS untuk penyemprotan alang-alang sheet membutuhkan dosis 6,0 liter/ha blanket, sedangkan volume semprot 222 liter/ha blanket. Berapakah Eagle 480 AS yang dibutuhkan dalam volume 15 liter (volume isi tangki alat semprot)?
15 liter x 6,0 liter
Kebutuhan Eagle 480 AS = -------------------- = 405 ml
222 liter
1. Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan.
2. Agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka pertumbuhan gulma pada sarana tersebut mutlak diperlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Tabel dibawah ini menunjukkan luas spray factor dari beberapa umur tanaman.
Tabel 1.. Luas areal yang disemprot (spray factor) per hektar tanaman berdasarkan umur tanaman.
Umur (tahun) | Jarak Tanam (m) | Kerapatan Tanaman (pkk/ha) | Piringan Jari luas luas/-2 (m2) (m2) (m) |
2 | 9.2 x 9.2 | 136 | 1.56.87 934 |
3 | 9.2 x 9.2 | 136 | 2.0 12.281,670 |
>4 | 9.2 x 9.2 | 136 | 2.5 18.842,562 |
Contoh perhitungan
Luas rintis atau strip (m²/ha tanaman)
Rumus :
lebar rintis atau strip (m) x 10.000 m²
Luas rintis atau strip (m²/ha tanaman) = -------------------------------------------------
jarak antara dua strip atau rintis (m)
Luas piringan (m²/ha tanaman)
Rumus :
Luas piringan (m²/ha tanaman) = (3,14 x r²) x jumlah tanaman/ha
dimana r = jari-jari lingkaran piringan dari batang pohon
Luas TPH (m²/ha tanaman)
Luas 1 TPH = 4 x 7 m = 28 m²
Setiap 3 rintis terdapat 1 TPH.
Setiap 1 ha tanaman terdapat 1,4 buah TPH = 39 m².
A. Jumlah rotasi (pusingan semprot) di suatu kebun tergantung pada :
- umur tanaman
- jenis gulma yang dominan
- jenis dan dosis herbisida yang digunakan
- jenis tanah dan kerapatan gulma
- keadaan iklim
B. Output (prestasi) semprot pada TBM sampai TM berkisar antara 2 - 5.5 ha/Hk dan dipengaruhi oleh :
- jenis alat semprot yang digunakan
- umur tanaman
- topografi
- prasarana yang ada dalam blok (pasar rintis, titi pasar rintis dan lain-lain)
- kondisi kerapatan gulma
- keterkaitan dengan pekerjaan perawatan lainnya, misalnya :
- output semprot (pada tanaman muda) lebih tinggi pada blok yang sudah ditunas.
- output semprot akan lebih tinggi apabila sebelum semprot sudah dilakukan pekerjaan tarik goloran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar