Dewasa ini bahasan ketahanan pangan dan keterbatasan lahan pertanian kerap kali menjadi bahasan menarik di kancah global, karena permasalahan pangan merupakan permasalahan umum seluruh masyarakat dunia, bahkan hal ini sudah diteliti lama oleh para peneliti terdahulu, sseperti dalam edisi pertama Essay on Populatoin, Thomas Robert Malthus tahun 1798, yang mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
- Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia.
- Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara aritmatik (deret hitung). Hal ini sangat didukung dengan semakin berkurangnya lahan pertanian di dunia, yang pada umumnya di gunakan untuk reloaksi pembangunan yang sulit dielakkan.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk permasalah ini adalah aplikasi teknik vertikultur, dimana teknik vertikultur ini berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu "vertical" dan "culture" yang berarti teknik budidaya tanaman secara vertikal. Konon ide menciptakan teknik bercocok tanam secara vertikal (teknik vertikultur) ini berasal dari negara Swiss. Ide bercocok tanam dengan teknik vertikultur muncul sekitar 61 tahun yang lalau, yaitu pada tahun 1945. Pada waktu itu sebuah perusahaan benih di Swiss memiliki gagasan untuk memanfaatkan lahan sempit secara optimal dengan menciptakan "vertical garden" atau kebun vertikal. Kemudian teknik vertikultur berkembang ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri teknik vertikultur sudah diadopsi sejak lama, namun rata-rata hanya dilakukan oleh para pehobi. Sedangkan untuk diaplikasikan pada budidaya tanaman secara komersial perlu dilakukan kajian yang mendalam.
Vertikultur secara umum bisa diartikan sebagai teknik bercocok tanam secara vertikal dengan menyusun tanaman bertingkat dari bawah keatas. Teknik vertikultur adalah teknik bercocok tanam yang dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan lahan terbatas/sempit agar lebih optimal. Dengan teknik vertikultur anda bisa menanam 20 sampai 30 tanaman (bahkan lebih) pada lahan yang hanya berukuran 50 x 50 cm saja. Teknik vertikultur bisa dilakukan menggunakan berbagai macam wadah (tempat media tanam) seperti pipa paralon, botol bekas, pot, polybag, atau wadah lainnya tergantung kreatifitas anda masing-masing. Pada dasarnya teknik bercocok tanam vertikultur tidak jauh berbeda dengan bercocok tanam konvensional, hanya cara meletakkan/ menyusun tanamannya saja yang berbeda. Tingkat kesulitan dalam bercocok tanam secara vertikultur tergantung pada teknik, sistem dan model yang kita gunakan.
Teknik vertikulur diciptakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan sempit untuk berkebun atau bercocok tanam. Bagi anda yang tinggal diperkotaan atau tidak memiliki lahan yang cukup, teknik vertikultur sangat cocok untuk menyalurkan hobi berkebun anda. Berkebun vertikultur memiliki manfaat ganda, selain untuk memenuhi kebutuhan dapur juga berfungsi sebagai tanaman hias. Tanaman vertikultur memiliki nilai seni dan unsur estetika yang tinggi. Perawatan dan pemeliharaan tanaman vertikultur juga mudah, tidak kotor dan bisa dipindah-pindah. Dengan teknik ini anda bisa menanam banyak tanaman meskipun lahan yang tersedia hanya sedikit. Selain itu dengan tantangan ketersediaan lahan yang minim, teknik ini dapat menjadi solusi untuk tetap mempertahankan produksi pangan (hortikultura) dan menjaga kelestarian lingkungan. Karena pada dasarnya teknik ini dapat melatih masyarakat untuk mendukung ketahanan pangan, upaya penyediaan pangan mandiri, pemanfaatan lahan sempit, dan upaya menjaga keasrian lingkungan. Sehingga permasalahan pangan dan lahan bisa diatasi secara sedikit demi sedikit.
Kelebihan Teknik vertikultur antara lain:
- Membutuhkan lahan yang sedikit
- Hemat air
- Media tanam dapat disesuaikan dengan kondisi tempat kamu membuat vertikultur
- Umur tanaman relatif pendek
- Pemeliharaan tanaman yang ditanam lebih mudah
- Dapat dilakukan oleh siapa saja
Perawatan tanaman vertikultur juga mudah.
Penyemprotan POC NASA dan NASA dilakukan seminggu 1-2 kali, dengan dosis ringan 2 tutup POC NASA dan 1 tutup HORMONIK dalam 1 tangki air 12-15 liter, jika dengan semprotan tangan atau kecil bisa dissesuaikan dari jumlah airnya.
Bisa juga diganti dengan GREENSTAR yang disemprotkan seminggu 1-2 kali dengan dosis 1 sachet dalam 10 liter air.
Pengocoran SUPERNASA dan NPK, boleh dilakukan sebulan 1 kali, atau 2 bulan sekali, tergantung dengan tanamannya, dosis yang digunakan 2 sendok makan atau 30 gram SUPERNASA ditambah dengan NPK 1 sendok makan 15 gram dalam 10 liter air, sebagai larutan induknya. Ambil per tanaman 200 ml atau 1 cup bekas air mineral.
Untuk Hama dan Penyakit nya menyesuaikan kondisi tanaman dan lingkungan.
Jadi bagaimana... mudah bukan menambah hijauan dari lahan yang sempit sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar