Kemarau sering menjadi faktor pembatas tidak langsung bagi produktifitas berbagai tanaman, baik tanaman semusim maupun tahunan. Pada tanaman semusim relatif lebih mudah membuat modifikasi dan strategi alternatif sebagai solusi, bisa dengan mengganti jenis tanaman yang lebih toleran terhadap kekurangan air atau dengan membuat embung, sumur resapan dan lain sebagainya. Tetapi pada tanaman tahunan khususnya sawit yang mempunyai nilai investasi relatif tinggi dan spesifikasi khas, tentu bukan perkara mudah mengambil langkah solusi.

Kelapa sawit termasuk tanaman yang membutuhkan air yang tinggi, karena evapotranspirasi yang tinggi. Kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar (Mangoensoekarjo dan Semangun,2005). Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buahmenurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan, dan menurunkan jumlah bunga betina.
Tahun 2015 menjadi sejarah paling kelam dirasakan Bapak Purn.Kol. Ir. T Purnomo selama puluhan tahun mengelola sawit. Kemarau panjang nan ekstrim itulah salah satu faktor menurunnya produktivitas sawit beliau. Tetapi setidaknya Beliau tetap bangga melihat tanaman sawitnya yang masih menghijau, sementara milik pekebun lain baik perkebunan rakyat maupun skala perusahaan yang berada di sekitar kebun beliau banyak yang kering dan pelepahnya ‘sengkleh’ hingga di atas 60%. Adapun pelepah tanaman sawit beliau yang sengkleh tidak lebih 10% saja. Pekebun sawit lain mengalami ‘TRACK BUAH’, sedangkan tanaman beliau masih berbuah dan tetap melakukan panen. Pasca kekeringan ekstrim ini masa recovery atau pemulihan sawit beliau ke kondisi normal tentu akan lebih cepat teratasi sehingga lebih cepat normal kembali.
Padahal faktanya dosis pupuk makro (NPK) yang Beliau aplikasikan hanya 4 Kg/Pohon/Thn. Untuk sawit umur 10 tahun, dosis tersebut sangat jauh dari ideal. Sebagai gambaran dosis pupuk makro perusahaan terdekat mencapai 9 - 9,5 Kg/Pohon/Thn. Tetapi kondisi tanamannya jauh lebih mengenaskan dibandingkan kebun sawit beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar