Sabtu, 22 September 2018

PRODUKSI KELAPA SAWIT ANTARA ESTIMASI DAN REALISASI

Tulisan ini terinsipirasi oleh diskusi antara sesama planters, praktisi perkebunan kelapa sawit, mengenai metode pendekatan yang lebih rasional dalam melakukan estimasi produksi, sehingga diharapkan nantinya perbedaan antara estimasi produksi dengan hasil realisasi tidak mengalami perbedaan yang begitu besar.Hasil diskusi akan kami jabarkan dalam tulisan ini,sehingga kami berharap akan menambah budaya literasi kita dalam mengembangkan keilmuan khususnya dalam bidang perkebunan kelapa sawit. Faktor-faktor yang berpengaruh dan menentukan produksi kelapa sawit harus terlebih dahulu kita ketahui dan disepakati bersama, dan selanjutnya akan kita bahas, faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas hasil estimasi produksi.
Membahas tentang produksi kelapa sawit tidak akan lepas dari persoalan-persoalan dibawah ini :
  1. Perbedaan yang terlalu besar antara hasil estimasi produksi dengan realisasi produksi, perbedaan baik secara posistif maupun negative.
  2. Perbedaan antara standard hasil produksi yang dikeluarkan oleh lembaga produsen kecambah dengan hasil realisasi produksi yang dihasilkan oleh konsumen, yang meliputi jumlah janjang/pohon/tahun, Berat janjang rata-rata, hasil produksi (ton/ha/thn).
  3. Metode perhitungan dalam melakukan estimasi produksi, serta teknis dalam melakukan sensus produksi, yang menjadi dasar awal dalam melakukan perhitungan estimasi produksi.                               
Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil estimasi produksi meliputi :
  1. Populasi tanaman kelapa sawit dalam 1 hektar (Jumlah pokok/Hektar)
  2. Homogenitas tanaman (keseragaman pertumbuhan tanaman dan keseragaman tahun tanam.
  3. Jumlah Pokok Produktif ( Jumlah tanaman yang aktif berproduksi ), memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon.
  4. Berat janjang rata rata (BJR), data di peroleh pada saat sensus produksi, dengan cara menimbang beberapa janjang (TBS).
  5. Jumlah Janjang rata –rata perpohon, data didapat dengan melakukan sensus dan dapat juga dengan menggunakan standar yang dikeluarkan oleh produsen kecambah, yang disesuaikan dengan umur tanaman dan kelas kesesuain lahan.
  6. Data trend pola hujan dapat juga digunakan untuk melakukan estimasi sebaran produksi perbulan.
  7. Data aplikasi pemupukan dalam 2 atau 3 tahun terakhir dapat juga digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan estimasi produksi.
Berdasarkan komponen estimasi produksi diatas, berbagai macam argumentasi sering disampaikan oleh para praktisi perkebunan. Perdebatan yang kerap kali terjadi adalah, menentukan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan estimasi produksi. jika antara estimasi dengan realisasi produksi terjadi perbedaan yang terlau besar, beberapa kalangan praktisi perkebunan berpendapat bahwa hal itu disebabkan karena faktor eksternal,bukan faktor internal tanaman, artinya faktor teknis perawatan tanaman lebih dominan, dibandingkan faktor internal tanaman, pendapat ini biasanya di dukung oleh kalangan produsen kecambah.
Di Negara Indonesia, jumlah produsen kecambah kelapa sawit yang memiliki sertifikasi usaha yang diakui oleh pemerintah, kurang lebih ada 12 produsen kecambah, dan masing masing produsen mengeluarkan daftar varietas yang dimiliki berikut dengan keunggulan masing-masing varietas serta juga mengeluarkan standar buah kelapa sawit yang disesuaikan dengan kelas kesesuaian lahan serta umur tanaman. Berikut kami sampaikan standar yang dikeluarkan oleh PPKS Medan :
Salah satu acuan dasar yang digunakan dalam menghitung estimasi produksi adalah Potensi produksi tanaman kelapa sawit menurut umur tanaman dan kelas kesesuaian lahan yang dikeluarkan oleh produsen kecambah. Kemampuan membaca serta menganalisa standar yang dikeluarkan oleh produsen kecambah akan berpengaruh terhadap kualitas estimasi produksi yang dihasilkan,atau dengan kata lain kemampuan literasi akan sangat membantu mendukung dalam penyusunan estimasi produksi, kemampuan literasi didapat dari mempelajari seluk beluk tentang produksi kelapa sawit,serta pengalaman praktis dilapangan. Kesalahan fatal yang kerap kali terjadi pada saat menyusun estimasi produksi adalah adanya kekhawatiran yang tanpa didasari ilmu yang cukup,dan tanpa mengacu terhadap standar potensi produksi yang dikeluarkan oleh produsen kecambah. Hal ini pernah terjadi di salah satu Perusahaan Perkebunan yang saat menyusun budget produksi tidak mengacu pada standar yang telah dikeluarkan oleh produsen kecambah, untuk tanaman usia menghasilkan tahun pertama (TM-1) menetapkan jumlah rata -rata janjang/pohon/tahun hanya 8 janjang, dengan argumentasi bahwa kualitas dan kondisi tanaman tidak standar, sedangkan berdasarkan standar dari PPKS medan untuk TM 1, dengan kelas kesesuaian lahan S3,maka jumlah rata-rata janjang /pohon adalah 15,9 janjang/pohon. Jika hal ini dijadikan dasarkan dalam menentukan estimasi produksi,maka kita bisa menilai kualitas estimasi produksi yang dihasilkan, hal ini menunjukan kurangnya pemahaman tentang alur pengambilan kesimpulan dalam menentukan estimasi produksi. Sehingga dalam tulisan ini perlu kami sampaikan formula yang perlu kita pahami dalam menghitung estimasi produksi dalam 1 tahun,yaitu :
Estimasi =∑ Pokok Produktif xRata-Rata janjang/pohon/thn x Berat Janjang rata-rata.
Berdasarkan formula diatas,maka kita dapat melakukan estimasi produksi secara benar, sehingga kita dapat mempertimbangkan secara benar, dan memutuskan secara benar dalam menetapkan estimasi produksi,sehingga pendapat yang menyatakan bahwa jumlah rata-rata janjang tidak perlu mengikuti standar dari produsen kecambah dikarenakan secara realisasi dilapangan kondisi tanaman belum standar,adalah tidak benar dan tidak memiliki dasar yang kuat, karena jumlah rata-rata janjang/pohon/tahun tidak ada kaitan langsung terhadap kondisi tanaman dilapangan, tetapi jika dasarnya adalah kurangnya pokok produktif dikarenakan kondisi fisik tanaman tidak standar maka hal ini dapat dimengerti dan dipahami, sehingga faktor teknis penanaman, homogenitas tanaman, aplikasi pemupukan berpengaruh terhadap prosentase pokok produktif.

KESIMPULAN :
  1. Kualitas Sensus Produksi sangat menentukan kualitas estimasi produksi
  2. Evaluasi sensus Produksi penting dilakukan, untuk mengecek kebenaran data sensus produksi.
  3. Standar potensi produksi yang dikeluarkan oleh produsen kecambah berdasarkan usia tanaman dan kelas kesesuaian lahan menjadi salah satu dasar acuan dalam menetapkan estimasi produksi, sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penilaian performance kebun.
  4. Jumlah pokok Produktif dan berat janjang rata-rata sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya estimasi produksi, dan berkaitan erat dengan kualitas teknis perawatan tanaman serta konsistensi aplikasi pemupukan
  5. Homogenitas tanaman sangat penting diusahakan agar memudahkan dalam melakukan estimasi produksi.
  6. Data curah hujan sangat penting digunakan untuk menetapkan sebaran produksi bulanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar